Figur 1.1 Penggunaan kata "ego" yang salah. |
Ego, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) artinya adalah /égo/ n Psi 1 aku; diri pribadi; 2 rasa sadar akan diri sendiri; 3 konsepsi individu tentang dirinya sendiri. Ego-is, Egoisme, Egoistik. Katanya, sih, begitu.
Mungkin makin kesini sekarang kita makin sering mendengan kata-kata 'Ego' ini bertebaran dimana-mana. Khususnya dalam pergaulan pasti nggak jarang beberapa dari teman kita menggunakan kata ego ini. Baik secara sengaja, maupun tidak.
Hmmm..Contohnya mungkin seperti ini:
A: "Eh, gue lupa deh. Bapaknya Thomas Edison namanya siapa?"
B: "Lah, ngapa lu tiba-tiba nanya bapaknya Thomas Edison?"
C: "Yah, yang jelas mah bukan bapak gue."
A: "Ya itu mah gue juga tau egoo.."
C: "Ya kan gue cuma canda egoo.."
Salah.
Dari definisi KBBI kita bisa tafsirkan kalau yang dimaksud dengan arti dari kata "Ego" yang benar adalah sebuah pemikiran akan diri sendiri, pribadi, konsepsi atau pandangan seseorang memandang dirinya sendiri. Yang berarti, sebuah ego akan dipengaruhi dari bagaimana cara orang tersebut memandang dirinya sendiri. Sekali lagi, konsepsi bukan kontrasepsi. Iyak, makasih.
Setiap manusia pasti memiliki ego-nya masing-masing, dan dari yang gue telaah ego itu tidak bisa dipisahkan dari diri manusia sendiri. Karena kembali lagi, ego adalah konsepsi pribadi. Pemikiran pribadi. Mungkin beberapa dari kita sering banget mengatakan seseorang itu 'ego-is' atau seseorang memiliki 'ego yang besar'. Tapi apakah sebenarnya itu adalah sesuatu yang buruk?
Jika kita berusaha untuk tidak menjadi seseorang yang 'ego-is', itu berarti kita akan menjadi seseorang yang akan lebih mementingkan orang lain ketimbang diri kita sendiri. Ironinya ketika kita menjadi seseorang yang tidak ego-is, tetap akan ada ego-ego lain yang lebih kuat diluar sana dan hal tersebut bisa saja mengancam eksistensi kita, dan kita akan punah! ... ooke itu lebay.
Figur 1.2 tolong aq punah.. |
Tapi maksud gue disini adalah, bagaimanapun kita tidak akan bisa menjadi seseorang yang full non-egois. Karena ego itu sendiri adalah sebuah bagian dari diri kita sendiri, adalah bagaimana kita melihat diri kita, bagaimana kita melihat diri kita dari mata orang lain tanpa menjadi orang lain. Bingung ye?
Mungkin beberapa dari kamu-kamu, iya, kamu, yang lagi baca sambil ngupil pake jempol teddy bear disana. Mungkin kamu pernah berusaha berubah menjadi seseorang yang tidak egois dengan cara tidak memikirkan diri sendiri, menjadi lebih selfless dari biasanya. Beberapa saat mungkin orang lain akan terasa nyaman, namun jika hal tersebut berlanjut terus menerus maka ke-selfless-an itu (bahasa apa ini yang gw pake -_-) akan membuat pandangan diri kita terhadap kita sendiri berubah ke arah yang negatif. Kita bisa saja merasakan ketidakberdayaan, ketidakbergunaan, mendengar suara-suara yang tidak didengar oleh orang lain, ada yang merasa menyuruh untuk bunuh diri pake sendok bubur SUN, dan lain-lainnya. Nggak percaya? boleh dicoba 3 bulan kalo nggak suka nanti DP kembali.
"Terus jadi gimana? Maksudnya gue harus jadi orang yang egois terus gitu?"
Jawabannya.. iya dan tidak.
Iya, karena pada dasarnya kita memang tidak bisa menjadi seseorang yang tidak ego-is. Kita pasti memiliki idealisme dan pemikiran kita sendiri-sendiri, dan terkadang hal tersebut disadari atau tidak pasti akan bermanifestasi sebagai perbuatan atau tingkah dan perkataan kita sehari-hari. Disadari atau tidak, kita adalah ego kita sendiri... *masukkan musik serem disini* dan Tidak, karena mungkin konteks 'egois' yang ada disini adalah memaksakan ego kita kepada orang lain atau siapapun di sekitar kita. Karena masing-masing dari kita memiliki ego kita sendiri, maka jika kita berusaha memaksakan ego kita yang akan terjadi adalah.. yep, konflik. Yang bisa kita lakukan untuk mencegah hal tersebut hanyalah dengan berusaha menghargai ego orang lain, berusaha melihat diri orang tersebut dari mata orang tersebut melihat dirinya dari mata orang lain tanpa dirinya menjadi orang lain. Dor.
Jadi mungkin, kita sebenarnya juga tidak bisa dibenarkan jika berkata seperti..
"Kamu jangan jadi orang yang egois dong!" karena sebenarnya orang yang menyuruh dirinya untuk tidak egois itu juga sedang memaksakan ego-nya untuk menjadikan lawan bicaranya tidak ego-is. "Jangan mentingin ego-mu sendiri aja dong!" berarti yang berbicara juga ingin ego-nya dipentingkan, bukankah itu agak ego-is? Dan contoh-contoh lain, contoh-contoh lainnya yang mungkin bisa kalian tambahkan sendiri.
Yang bisa kita lakukan adalah sama-sama berusaha untuk mengerti ego masing-masing dan mencoba untuk menghargainya. Dengan begitu mungkin konflik besar yang akan sebentar lagi terjadi bisa terelakkan. Well, it doesn't hurt to try to understand more.
Yang gue pikir.. permasalahan utamanya yang terjadi pada soal 'ego' ini sebenarnya adalah bagaimana cara kita melihat diri kita sendiri. Pandangan dan idealisme diri kita terhadap diri kita sendiri dan juga orang lain. Merubah hal tersebut bukanlah suatu perkara yang mudah, nggak gampang banget. Dan bagaimana cara kita bisa merubah hal tersebut adalah dengan menjadi seseorang dengan pikiran yang lebih terbuka. Bertemu dengan banyak orang untuk saling bertukar pikiran, melihat pendapat-pendapat dan ide-ide baru diluar sana, pergi keluar dan melihat dunia dengan lebih luas lagi. Dengan begitu kita akan mendapatkan banyak pengalaman baru dan akan membuat pikiran kita lebih luas dalam memandang lingkungan sekitar, dan juga otomatis akan merubah cara pandang kita terhadap diri kita sendiri. Tapi inget, jangan sampe ilang..
Figur 1.3 Orang Nyasar |
Yah.. mungkin gue sendiri juga sudah terlalu lama berhenti disini untuk menunggu dan memutuskan untuk tidak mengambil kesempatan yang pernah datang karena ingin mempertahankan sesuatu. Namun setelah gue pikir lagi, mungkin perubahan itu memang harus gue lakukan. Kehidupan itu dinamis, manusia itu dinamis.. semuanya selalu berubah. Jika kita berusaha untuk tetap menjadi statik, lama kelamaan arus itu akan membawa kita juga siap atau tidak. Lebih baik kita mencoba menerjang arus tersebut ketimbang harus terbawa hanyut karena ketidaksiapan kita menghadapinya.
Karena nasib seseorang tidak akan berubah kecuali dengan usaha orang itu sendiri untuk merubahnya.
Well guys, Ini cuma sekedar coretan yang gw buat dari pikiran gue yang tiba-tiba aja lagi muncul dan mungkin bisa gw bagi-bagi ke semuanya yang suka baca blog antah-berantah ini. Huehuehehuhe
Thanks for reading and see you in the next post, readers! :D
Cara post komennya gimana yak :/
ReplyDeleteBener juga sih, Yar. Orang yang nyuruh kita nggak egois (misalnya), dia sendiri sebenernya juga egois karena memaksakan kehendak dia agar kita tidak egois. Dan dari masalah yang lain mungkin juga sama aja, karena emang 'egois' adalah bagian dari diri kita. Mau nggak mau, sadar nggak sadar kita pernah egois kan ya. Bener banget nih Yar. Gue baru 'ngeh' nih. Wkwkwk
ReplyDeleteBtw, font size nya, kayaknya perlu digedein dikit yar. Hehehe
@Isty:
ReplyDeleteUmmm.. begitu? ._.)
@Masper:
Wkwkwk
Makasih fer sarannya sudah dibesarkan sekarang fontnya, hehehe..
Iya fer setuju, se-nggak egois-nya seseorang pasti pernah egois juga, karena memang masing-masing kita punya ego dan nggak mungkin nggak.
Makasih yak udah bacaa!
:D
ini komennya ter-submit gak yah? :D
ReplyDeleteTolong aq punah...
ReplyDeleteada yg baca ini di 2018?
ReplyDelete