Fig 1. Cupcake Introvert |
Mungkin orang-orang jaman
sekarang lebih kenal dengan istilah Introvert, yang kalau gw artikan sendiri
adalah seseorang yang lebih nyaman untuk melakukan hubungan intrapersonal dibandingkan
dengan interpersonal. Bukan berarti mereka adalah seorang yang antisosial,
bukan. Melainkan mereka hanya lebih menyenangi kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan kesunyian dan kedamaian dibandingkan sebuah pesta
gerlap-gempita yang isinya beribu-ribu orang banyak yang saling berinteraksi
satu sama lainnya. Eh, bener nggak ya “gerlap-gempita”? ._.)
Perjalanan di blog gw ini udah
cukup lama juga ternyata yep. Setelah gw membuka-buka lembaran demi lembaran,
disusul dengan suara hati yang mengatakan “kok gw nggak ngarti ye sama tulisan
gw sendiri”, dan gw melihat perubahan-perubahan diri gw dari tulisan-tulisan
yang gw buat sendiri. Yaa, meskipun gw juga banyak hiatusnya. Huahaha..
Kalau gw hitung, gw mulai nulis
blog ini mulai dari kelas 1 SMP atau kelas 7, dan sekarang gw udah berada di
tahun ketiga di bangku sebuah universitas negeri di kota gw dan gw dulu pernah
bercita-cita menjadi seorang programmer di post yang ini.. tapi sekarang
ternyata nasib gw adalah kecemplung di fakultas kedokteran. Gw banting setir
bak abang-abang angkot yang lagi ngejar setoran. Well, life really is stranger
than ever. Dan yeep, kalau memang kita ingin menjadi seorang dokter yang baik otomatis
mau bagaimanapun kita harus bisa berinteraksi dengan orang lain dengan baik, ye
kan? Balik lagi tentang hal yang gw omongin di paragraf ke-1 (emang tadi lagi
ngomongin apa yar?). Seorang dosen gw pernah bilang kurang-lebih begindang:
“Kalian ini kan manusia, cobalah sekali-sekali ngobrol dengan orang
asing di pinggir jalan, atau sekedar berinteraksi dengan orang lain, atau
dengan orang yang kalian kenal, deh. Itu akan meningkatkan kualitas komunikasi
kalian, jangan sampai kalian tidak bisa berkomunikasi dengan baik. Memang dalam
berinteraksi dengan orang lain itu tidak selamanya menyenangkan, bisa saja
setelah kalian berinteraksi malah ujungnya tidak menyenangkan. Tapi yaa,
namanya juga hidup. Tidak semuanya hasilnya akan seperti yang kalian inginkan”
Beliau memang salah satu dosen
yang sudah senior dan bisa dibilang sepuh dan ilmu beliau sudah tidak diragukan
lagi memang sangat banyak. Salah satu yang gw senangi dari kuliah beliau adalah
itu, tadi, yang diatas, lagi ngajar fisiologi tiba-tiba kita disuguhkan dengan
pelajaran mengenai kehidupan. Kan keyen.
Okeh, lanjut.
Jadi sebenernya kita mau
ngomongin apa di postingan kali ini? Well, jadi gw agak sering terngiang dengan
perkataan dosen gw tadi itu, dan di kehidupan ini semua pasti tidak akan selalu
berjalan sebagaimana mestinya, sebagaimana yang kita harapkan, atau yang
seharusnya kita inginkan. Setiap keputusan yang kita ambil dalam hidup ini
pasti akan menghasilkan 2 outcome: sesuai atau tidak sesuai; baik atau buruk;
asik atau nggak asik; cucok atau cuco’ banget boo’ iih. Ya.. pokoknya begitu, kalian
pasti sudah mengerti. Seperti yang tadi dosen gw katakan, berinteraksi:
hasilnya bisa menyenangkan atau tidak menyenangkan. Jadi, akan selalu ada 2
sisi untuk suatu hal yang terjadi di hidup ini.
*pembaca di kejauhan: ‘e bujug
yar, bahasannya berat amet hari ini ._.’*
2 Sides of the Same Coin.
Artinya kalo parkir bayar Rp2000. Eh, bukan. Maksudnya, seperti koin pasti ada 2 sisi. Ada sisi Rp500an, ada sisi garuda. Kalo pake koin seceng-an, ada sisi Rp1000an ada sisi garudanya juga. Kalo pake duit kertas ceban-an, ada sisi pangeran antarasinya dan ada sisi gambarnya (gw lupa gambar apa). Yah.. pokoknya kayak gitu yak.
Di setiap kejadian di kehidupan
ini, pasti akan ada 2 sisi yang berbeda tergantung dari mana kita melihat
kejadian itu. Begitu pula dengan masalah, masalah itu bisa menjadi sebuah
masalah yang besar atau kecil, tergantung bagaimana/ darimana kita melihat
masalah tersebut.
Sebagai contoh pertama, misalkan
seorang anak yang akan pergi ke luar negeri karena tugas dari
kampus/universitasnya atau karena mendapatkan beasiswa. Di satu sisi, melihat
dari sudut pandang anak tersebut pasti anak tersebut merasa gembira dan terus
menghitung hari karena tidak sabar untuk berangkat. Mendapatkan pengalaman yang
baru yang tidak pernah dirasakan sebelumnya, melihat dunia lebih luas lagi dari
matanya. Sementara dari sisi yang lain, melihat dari sudut pandang keluarganya,
orangtua yang menyayanginya pasti juga akan terus menghitung hari, tetapi bukan
karena tidak sabar, melainkan menghitung hari berapa lama lagi anaknya akan
berangkat dan meninggalkan mereka. Yah, bukan untuk selamanya pastinya, tetapi
rasa kesepian itu pasti akan ada, kan? Dan dalam hati mereka akan bilang dengan
lirih “aq gpp”.
Fig 3. "Aq gpp" in Javanese |
Contoh kedua, misalkan game yang
lagi booming di seluruh dunia yang dimainkan oleh seluruh kalangan usia!
Pokemon™ Go! Iyak, karena gw juga sebenernya ketagihan maen Pokemon Go,
sampe-sampe sekarang kerjaan gw maen diluar rumah maen sepedah dan muter-muter Cuma
buat nyari pokemon. Itu bagus bukan!? Belum tentu! Kembali lagi, semuanya pasti
memiliki 2 sisi yang berbeda. Di satu sisi, banyak berita-berita yang positif
mengenai Pokemon Go itu, antara lain banyak orang-orang terutama anak-anak
remaja zaman sekarang yang kerjaannya duduk di depan komputer main game
seharian, iya, gw contohnya, jadi keluar rumah dan bersosialisasi dengan orang
yang tidak dikenal dan juga bersosialisasi dengan alam. Iya, alam. Bukan, bukan
yang nyanyi dangdut. Dan banyak juga kisah-kisah yang heartwarming mengenai interaksi-interaksi pemain Pokemon Go di
seluruh dunia. Coba cari di gugel deh.
Tetapi juga ada berita-berita
negatif yang muncul mengenai Pokemon Go, contohnya kecelakaan beruntun karena
mau menangkap pikachu, seseorang nyemplung ke jurang karena mau menangkap pikachu,
seseorang tertabrak tiang listrik karena berjalan melihat hape, dan lain-lain
dan kawan-kawannya. ..sebenernya kalau gw liat sih, ini semua gara-gara pikachu
(?).. ._.) dan sampai-sampai muncul berita bahwa Pokemon Go itu berbahaya dan
mau di block di Indonesia katanya. Cius miapah? Pokemon Go di Block? Tapi sinetron-sinetron
alay itu nggak diurusin dan malah tambah banyak? *kzl*
Yah, intinya terlepas dari itu
semua. Segala sesuatu yang terjadi pasti ada 2 sisi, tergantung bagaimana kita
melihatnya. Perbedaan itu pasti ada dan tidak bisa kita hindarkan. Tergantung,
bagaimana kita melihatnya. Apakah hal tersebut berdampak positif atau negatif,
itu semua kembali kepada diri kita lagi, bagaimana kita melihatnya, dan apa tujuan
dan niat kita sendiri.
~Tiar Teguh - The Laper
Ways~
Well then, thanks for reading,
guys!
Hari ini bahasannya rada gimanaa
gitu yak.. wkwk *tsahh* Gotta catch ‘em all! xD
Wkwkwk, tiar teguh hari ini bijak sekali..
ReplyDeleteLiburan lama dengan tugas (re : belajar ujian n skripsi rasa crispy) yg segambreng mnrt gw ga punya 2 sisi yar, cuma ada 1 sisi...yaitu "liburan lo bukan liburan"
Kayanya 'gagap-gempita' Yar, bukan gerlap gempita. Heheu
ReplyDeleteUangkapan dari dua sisi koin itu udah lama kan Yar digunakan. Gue jadi mikir kenapa harus koin ya. Apa nggak bisa diganti dua sisi taplak meja gitu misalnya.
@risna
ReplyDeleteBenul sekale risna~ T_T
Dan skripsi gw sampe sekarang pun masih terbengkalai. Mungkin saatnya gw mencari inspirasi di suatu tempat sambil nyari pokemon #eh ._.
@Feri
Wkwkwkwk
Ya maap fer, bahasa indonesia gw sering remed ama bu ani wkwk
Nah, itu juga pertanyaan yang bagus fer. Kadang gw mikir filosofi filsuf yang suka bikin filosofi-filosofi itu.. dapet darimana kata-katanya yak? apakah mereka menciptakan sendiri ungkapan dan kiasan yang bermakna dalam sedalam kaus dalam itu?
Mungkin abis ini gw rubah judulnya fer jadi "Two Sides of the Same Taplak Meja" lebih keren! ._.)b